Dedek Okta Andi

Islam dan Psikologi

Selasa, 12 Januari 2010

Kemanakah Waktu Sisa Kita?

Apa yang bisa kita berikan pada Allah?
Seberapa bagus sesuatu yang bisa kita persembahkan untuk Zat yang Maha Pengasih,yang telah memenuhi semuaaaa kebutuhan kita? Allah memang tidak pernah meminta balasan atas segala kecukupan yang diberikan kepada manusia, namun benarkah status derajat tertinggi diantara para makhluk membuat manusia lupa berterimakasih dan memberikan yang terbaik padaNya? Diakui atau tidak diakui Dia telah banyak mengabulkan keinginan kita,entah cepat atau lambat.

Mari kita ingat kembali,24 jam waktu yang diberikan Allah,berapa persen yang kita tujukan untuk Dia? Bagi Rasul SAW yang tingkat keimanannya diatas manusia pada umumnya, sesungguhnya seluruh waktunya tidak pernah lupa tanpa melibatkan Allah. Bagaimana dengan kita saat ini? Allah hanya mendapat ‘Waktu Sisa’
Ya Benar.. waktu sisa bekerja, waktu sisa bepergian,waktu sisa keluarga,waktu sisa bersenang-senang,bahkan waktu sisa tidur!

Coba ketika adzan berkumandang,ketika itu panggilan Allah meminta kita menghadapNya..
Apa sikap kita? bersegera memenuhi panggilanNya ataukah ‘Ntar dulu ah..’

Ketika adzan subuh, kita berpikir nanti lha jam 06.30..padahal subuh jam 04.20. Maka Allah mendapat waktu sisa dari Tidur kita.
Ketika adzan dhuhur,kita tunda lagi sholat hingga akhir wkt dhuhur dengan berbagai alasan,sibuk bekerja,sedang makan siang,dll.. Maka Allah kembali mendapat waktu sisa dari kesibukan kita.
Demikian pula waktu ashar,maghrib dan isya..
Allah selalu mendapat sisa dari waktu tidur siang kita, sisa dari waktu nonton sinetron,sisa dari waktu mencari rezeki. Padahal ketika seseorang paham bahwa yang mengatur rezekinya adalah Allah, dia tidak perlu takut kehilangan rezekinya akan diambil orang. Karena hidup, mati,rezeki telah Allah tetapkan sejak sebelum seseorang lahir. Tidak akan berkurang rezeki itu hanya karena kita sebentar meninggalkan urusan dunia untuk melakukan sholat tepat waktu.

Sebegitu besarnya kasih sayang Allah pada kita,mengapa kita hanya bisa memberi waktu sisa?

Jika ada pertanyaan mana yang lebih utama, Sholat dulu baru makan atau Makan dulu baru sholat?

Masing-masing jawaban menunjukkan tingkat keimanan & kecintaan seorang hamba dan pemiliknya. Bagi anak-anak dan remaja jika menjawab makan dulu baru sholat,agar sholatnya tidak perlu memikirkan makan.. hal ini bisa dipahami.
Namun jika orang tua yang menjawab ini, perlu dipertanyakan.. apakah di usia yang sudah banyak, masih terus mengutamakan makan daripada sholat?
Kapan keimanannya bertambah jika yang dipikirkan selalu makan,makan dan makan? Apakah semenjak anak-anak selalu mendahulukan makan mengakhirkan sholat hari tuapun demikian? Hanya seperti itukah yang bisa kita persembahkan pada Allah yang telah memenuhi semuaaaa kebutuhan hidup kita?

Sesungguhnya Hati yang Terkunci itu adalah ketika usia terus bertambah namun kesadaran keimanan bukan bertambah baik namun bertambah buruk…

0 komentar:

Posting Komentar